Minggu, 09 Maret 2014
Berita Kekalahan Jepang
Pada tanggal
15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito memerintahkan penghentian permusuhan terhadap
sekutu, setelah sebelumnya yaitu pada tanggal 14 Agustus 1945 sekutu
menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Berita tentang genjatan
senjata yang dilakukan oleh Jepang ini disiarkan di radio jepang dari Tokyo.
Ternyata siaran tersebut tertangkap di Indonesia dan Sutan Syahrir
mendengarnya.
Sutan
Syahrir
: Apakah kalian sudah mendengar berita kekalahan Jepang ?
Sukarni
: Belum, Bung . Benarkah itu ? Apa yang terjadi dengan Jepang ?
Sutan
Syahrir
: Dari yang kudengar, Sekutu telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Oleh sebab itulah, Jepang melakukan
genjatan senjata.
Chairul
Shaleh
: Kalau begitu, berarti kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan.
Sukarni
: Benar itu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi di negeri kita. Kita harus
memanfaatkan momen ini !
Peristiwa Rengasdengklok
Babak
1 : Perdebatan golongan
tuan dengan golongan muda
Setelah mendengar berita kekalahan Jepang, Chairul
Shaleh segera merencanakan pertemuan dengan anggota golongan muda lainnya untuk
membicarakan masalah proklamasi kemerdekaan. Pertemuan ini dilangsungkan di
Jalan Pegangsaan Tinur No. 17 Jakarta pukul 20.00 WIB.
Chairul
Shaleh
: Teman-teman sekalian, sudahkah kalian mendengar berita tentang kekalahan
Jepang ?
Wikana
: Belum, kawan . Darimana engkau tahu tentang itu ?
Chairul
Shaleh
: Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan Syahrir, ia mendengar siaran radio
Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan senjata itu.
Darwis
: Berarti negeri kita sekarang dalam kondisi vacuum of power ?
Chairul
Shaleh
: Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian semua disini untuk membicarakan
masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk memproklamirkan
kemerdekaan.
Sukarni
: Tepat sekali . Kalau begitu, kita harus membagi tugas. Wikana dan Chairul ,
kalian harus pergi ke kediaman Soekarno untuk menyampaikan kabar ini.
Saya
dan Bung Darwis akan memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut
kekuasaan dari Jepang.
Kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No.56
Jakarta pukul 22.00 WIB. Terjadi Perdebatan serius antara golongan pemuda
dengan Soekarno
Wikana
: Kita harus memproklamirkan kemerdekaan sekarang , Bung !
Ir.
Soekarno : tetapi, jepang
kan sudah memberikan kepada kita kemerdekaan. Tunggu lah!
Chairul
Shaleh : Tapi ini saat yang
tepat, Bung. Jepang sudah kalah oleh Sekutu dan tak ada kuasa lagi di negeri
ini. Mengapa harus menunggu ? Rakyat sudah banyak menderita akibat penjajahan
ini..
Moh.
Hatta
: Jepang adalah masa yang silam. Belum lagi kita harus menghadapi Belanda yang
hendak kembali berkuasa di negeri ini. Jika Saudara tidak setuju dengan apa
yang saya katakan, dan mengira diri Saudara telah sanggup menopang kekuatan
sendiri, Mengapa datang pada Soekarno dan memintanya untuk memproklamirkan
kemerdekaan?
Chairul
Shaleh
: Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk memerdekakan bangsa ini ? Kita
bisa, Bung . Kita harus bangkit dan memproklamirkan kemerdekaan sendiri .
Mengapa harus menunggu janji manis itu ? Jepang sendiri bahkan telah kalah
dalam “Perang Suci” nya !
Soekarno
: Kekuatan segelintir ini takkan mampu mengalahkan armada perang milik Jepang !
Coba kau perlihatkan padaku, mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa
tindakanmu untuk menyelamatkan wanita dan anak-anak jika ternyata terjadi
pertumpahan darah ? Bagaimana cara kita nanti untuk mempertahankan kemerdekaan
? Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri.
Wikana
: Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan akan semakin cepat pula
kita mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini.. Inilah
yang sudah ditunggu-tunggu bangsa kita, Bung.
Moh.
Hatta
: Baiklah. Tapi berikan kami waktu untuk berunding sebentar.
Kemudian para anggota golongan tua yang berada di
kediaman Soekarno langsung membicarakan permasalahan tersebut.
Moh.
Hatta
: Bagaimana ini ? Para pemuda menuntut untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan.
Soekarno
: Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita butuh waktu untuk mempersiapkan
semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Mr.
Soebardjo
: Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah menghadapi Sekutu
yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Selain itu, masalah
kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 18 Agustus mendatang.
Iwa
Kusumasumantri : Lalu bagaimana dengan pendapat golongan muda ? Apa kita
abaikan saja ?
Djojo
Pranoto
: Ya, lagipula mereka masih muda, pemikiran mereka terlalu pendek. Kita harus
melihat ke depan, mempersiapkannya dengan matang. Kalau tidak bagaimana nanti
jika semuanya berantakan?
Iwa
Kusumasumantri : Baiklah , Bung. Berarti kita semua sudah sepakat.
Setelah selesai berunding, para golongan tua segera
menemui para anggota golongan muda yang menunggu di luar ruangan.
Moh.
Hatta
: Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak tergesa-gesa
mengenai hal proklamasi kemerdekaan. Hal ini masih akan dibicarakan lagi dalam
sidang PPKI.
BABAK 2 :
Penculikkan Soekarno dan Moh. Hatta oleh para pemuda.
Dengan berat hati mendengar keputusan tersebut, para pemuda pun meninggalkan
kediaman Soekarno. Tetapi mereka tidak putus asa. Mereka pun menyusun strategi
bagaimana membujuk Soekarno dan Moh. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan
sesegera mungkin. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengasingkan kedua tokoh itu
ke Rengasdengklok agar terhindar dari desakan pemuda dan pengaruh Jepang di
Jakarta.
Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 04.00 WIB, kediaman
Soekarno
Chairul
Shaleh
: Assalamualaikum ..
Moh.
Hatta
: Waalaikumsalam. Ada apa Saudara datang sepagi ini ?
Darwis
: Kami bermaksud membawa Anda dan Soekarno untuk ikut kami menuju tempat
pengasingan.
Soekarno
: Tempat pengasingan ? Apa yang Saudara maksudkan ?
Chairul
Shaleh
: Ya, kami akan membawa kalian untuk diasingkan agar terhindar dari ancaman
bentrok antara rakyat dan Jepang.
Moh.
Hatta
: Baiklah, kami akan ikut.
Darwis
: Sebaiknya Ibu Fatmawati dan anak Anda turut serta, Bung. Untuk menjamin
keselamatan mereka.
Soekarno
: Baiklah, saya akan mengajak mereka.
Hilangnya Soekarno dan Moh. Hatta secara misterius
pagi itu,menimbulkan kepanikan di kalangan para pemimpin di Jakarta. Peristiwa
ini baru diketahui oleh Mr. Ahmad Soebardjo pukul 08.00 pagi.
Mr.
Soebardjo
: Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta ?
Wikana
: Maaf, saya tidak tahu, Bung.
Mr.
Soebardjo
: Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, dan aku akan menjamin keselamatan
mereka ketika kembali ke Jakarta, dan aku akan menjamin kemerdekaan untuk
kalian esok harinya.
Sudiro
: Akankah Anda bersumpah untuk itu ?
Mr.
Soebardjo
: Kau bisa percaya padaku, Nak
Wikana
: Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok.
Mr.
Soebardjo
: (memanggil salah seorang pemuda) Hei, Nak ! Tolong antarkan kami ke
Rengasdengklok.
Yusuf
Kunto
: Maaf, saya, Pak ? Baik, kalau begitu naiklah (Mr. Soebardjo naik ke mobil
beserta Wikana dan Sudiro kemudian berangkat menuju Rengasdengklok)
BABAK
3 : Perundingan dengan Soekarno di
Rengasdengklok
Soekarno
: Nah , jelaskan sekarang mengapa Saudara sekalian membawa kami kesini.
Chairul
Shaleh
: Maafkan kelancangan kami, Bung . Ini demi keselamatan Anda.
Darwis
: Kami ingin membicarakan masalah proklamasi kembali.
Moh.
Hatta
: Bukankah tempo hari sudah kami katakan kepada kalian, masalah kemerdekaan
masih akan dibicarakan dalam sidang PPKI ?
Chairul
Shaleh
: Memang benar adanya. Tetapi kami semua berpendapat, Mengapa menunggu untuk di
merdekakan oleh Jepang ? Mengapa menunggu hasil sidang PPKI, kalau kita bisa
bergerak dengan kekuatan sendiri ? PPKI itu bentukan Jepang, Bung. Kami ingin
memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan dari Jepang.
Soekarno
: Pendapat itu benar. Namun, kita masih terlalu dini untuk memproklamasikan
kemerdekaan. Selain itu kita belum siap dan masih membutuhkan bantuan dari
Jepang untuk merdeka.
Darwis
: Bagaimana bila perkataan Jepang tentang kemerdekaan bangsa kita hanya janji
manis belaka ? Apa yang akan Anda lakukan ?
Sukarni
: Apakah akan selamanya menunggu janji itu, Bung ? Kita harus memproklamasikan
kemerdekaan sekarang juga, demi rakyat yang sudah bertahun-tahun terbelenggu
oleh penjajahan di Tanah Air mereka sendiri ! Mereka berhak bebas, dan
sekaranglah saatnya !
Syodanco
Singgih : Tenang Saudara sekalian. Mari
bicarakan semuanya dengan kepala dingin, tidak perlu ada ketegangan , ok ?
(Syodanco
Singgih membawa Soekarno dan Moh. Hatta menjauh dari perdebatan itu, kemudian
mereka berunding)
Syodanco
Singgih : Saya mengerti perhitungan Anda
berdua mengenai masalah proklamasi ini, kita memang belum mempertimbangkan
semuanya dengan matang. Tapi saya percaya kita dapat bangkit dan memanfaatkan
situasi ini. Kesempatan tidak akan datang dua kali, Bung . Apa yang mereka
katakan benar adanya dan saya mendukung mereka.
Moh.
Hatta
: Tetapi, apakah kita bisa?Akankah ini semua mungkin dilakukan ?
Syodanco
Singgih : Tentu mungkin, Bung . Asal kita
berusaha tentu akan kita temukan jalan keluarnya. Lagipula, para pemuda di
Jakarta sedang menyusun strategi pertahanan untuk mencegah serangan dari Jepang
ataupun sekutu yang tidak menerima proklamasi bangsa kita.
Soekarno
: Baiklah, saya setuju. Kita akan memproklamasikan kemerdekaan tanpa ada campur
tangan Jepang.
Pada pukul 17.30 WIB , rombongan dari Jakarta tiba
di Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Moh. Hatta.
Mr.
Soebardjo
: Syukurlah kalian semua baik-baik saja. Jadi bagaimana keputusannya ?
Moh.
Hatta
: Kami setuju kemerdekaan akan dilaksanakan tanpa campur tangan Jepang.
Mr.
Soebardjo
: Lalu, Kapan kita akan melaksanakannya? Menurut saya, bagaimana jika besok ?
Pasukan pemuda di Jakarta sudah bersiap.
Soekarno
: Jika mungkin, ya kita akan melaksanakannya esok pagi.
Selesailah perundingan di Rengasdengklok. Semua
anggota golongan tua maupun muda kembali ke Jakarta untuk membahas lanjut
rencana proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
SCENE III : Rumah Laksamana Maeda
(Perumusan Teks Proklamasi)
Tanggal 16 Agustus 1945 pukul 23.00 WIB, rombongan
tiba di Jakarta.
Mr.
Soebardjo
: Bagaimana kita membicarakan naskah proklamasi untuk mendeklarasikan
kemerdekaan kita ?
Chairul
Shaleh
: Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari sudah malam dan pihak
Jepang tak mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan sekarang, apalagi jika
mereka tahu bahwa kita hendak membicarakan rencana proklamasi.
Mr.
Soebardjo
: Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang, Laksamana Maeda.
(Rombongan
kemudian berangkat ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1)
Mr.
Soebardjo
: (mengetuk pintu)
Laksamana
Maeda : Selamat malam, Ada apa, Bung ?
Mr.
Soebardjo
: Maaf kami mengganggu Anda malam-malam begini. Kami perlu tempat untuk
membicarakan rencana kemerdekaan yang akan dilangsungkan esok hari.
Laksamana
Maeda : Benarkah itu ? Kalau begitu,masuklah.
Saya turut gembira mendengar kabar ini . Silakan gunakan ruangan yang kalian
butuhkan. Saya akan pergi istirahat dulu.
Chairul
Shaleh
: Terimakasih, Pak Perwira.
Perumusan Teks Proklamasi dilakukan di
rumah makan Maeda. Tiga eksponen pemuda yaitu Sukarni, Sudiro, dan B.M Diah
menyaksikan Soekarno, Moh Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo membahas perumusan
naskah proklamasi.
Acara Perumusan naskah proklamasi berjalan lancar.Tidak ditemukan kesulitan
untuk menemukan rumusan yang tepat. Sebagai hasil pembicaraan mereka bertiga,
di perolehlah rumusan yang di tulis tangan oleh Soekarno.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, dibacakanlah rumusan naskah
proklamasi untuk yang pertama kalinya di depan para hadirin yang berada di
rumah Maeda yang langsung disetujui. Namun kemudian timbullah persoalan tentang
siapa saja yang akan menandatangani naskah proklamasi.
Chairul
Shaleh
: Menurut saya, sebaiknya naskah ini jangan ditandatangani oleh anggota PPKI.
B.M
Diah
: Memang kenapa ? Lantas siapa yang akan menandatanganinya?
Chairul
Shaleh
: PPKI kan lembaga bentukkan Jepang . Kita sudah sepakat tadi untuk
melaksanakan proklamasi tanpa campur tangan Jepang.
Mr.
Soebardjo
: Kau benar, Nak. Bagaimana ini , Bung ?
Soekarno
: Adakah dari kalian yang punya pendapat untuk menyelesaikan masalah ini?
Sukarni
: Bagaimana jika naskah ini ditandatangani oleh hadirin yang datang saat ini?
Seperti Amerika ketika menandatangani teks deklarasinya.
Moh.Hatta
: Jangan, kita tidak boleh meniru. Kita harus berbeda dari bangsa lain.
Wikana
: Lalu bagaimana, Bung Karno ?
Soekarno
: Karena ini semua berkat jasa-jasa Indonesia berarti “Atas nama bangsa
Indonesia”
Sukarni
: Saya setuju, dan saya punya usul. Yang menandatangani teks cukup dua orang
saja yaitu Anda dan Bung Hatta sebagai wakil dari bangsa Indonesia. Bagaimana ?
Soekarno
: Usul yang bagus . Bagaimana hadirin ?
Hadirin
(semua) : Kami setuju !!!
Setelah semuanya setuju, Soekarno
memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks proklamasi
Soekarno
: Tolong kau ketik teks proklamasi ini. Jagalah teks ini baik-baik.
Sayuti
Melik
: Baik, Bung . (dengan segera mengetik teks tersebut)
Sayuti Melik pun mengetik teks tersebut. Semua
persiapan proklamasi rampung pada pukul 04.30 WIB. Lalu, semua hadirin pulang
ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira. Kemudian para pemuda
mengirimkan kurir-kurir untuk menyampaikan bahwa saat proklamasi telah tiba.
Mereka juga mengatur pelaksanaan penyiaran berita proklamasi kemerdekaan.
Menyebarkan beberapa pamfleet ke penjuru Jakarta dan sekitarnya. Pengeras suara
diusahakan adanya. Semua dilakukan agar rakyat dapat turut menyaksikan momen
paling berharga untuk bangsa Indonesia
Pada saat yang sama, Soekarno dan Ibu Fatmawati
sampai di kediaman mereka dan berbincang sejenak.
Soekarno
: Alhamdulillah akhirnya semua berjalan dengan lancar. Terimakasih ibu telah
menemani saya di saat-saat yang cukup menguras pikiran ini.
Ibu
Fatmawati
: Iya, terimakasih Gusti Allah yang telah memberikan jalan pada bangsa kita
untuk memproklamasikan kemerdekaan. Oh iya pak, apakah kalian sudah
merencanakan bagaimana proklamasi besok akan berlangsung ?
Soekarno
: Sudah, kita akan melaksanakan upacara bendera, yang nanti akan di iringi lagu
Indonesia Raya karya Bung Supratman.
Ibu
Fatmawati
: Bukankah kita belum punya bendera ? lantas bagaimana ?
Soekarno
: Ya ampun , Bapak sampai lupa, Bu. Kalau begitu bagaimana jika Ibu saja yang
menjahitkan bendera ?
Ibu
Fatmawati
: Tapi Ibu tidak punya kain, Pak. Kain yang ada hanya kain merah dan putih. Apa
tidak apa-apa?
Soekarno
: Tentu saja. Buatlah bendera yang sederhana. Yang penting kita sudah berusaha
untuk menyediakannya.
Ibu
Fatmawati
: Baiklah, Pak. Dan, Ibu punya ide. Kita namakan saja bendera nya “Sang Saka
Merah Putih”. Bagaimana ?
Soekarno
: Ide yang bagus. Ya, bendera pusaka “Sang Saka” dan warna nya merah putih ,
menjadi “Sang Saka Merah Putih” , Brilian !
Ibu
Fatmawati : Ya sudah, sebaiknya Bapak bersiap sana. Menyusun pidato yang nanti
akan bapak bacakan.
SCENE IV : Proklamasi
Kemerdekaan
Hari
Jum’at pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di Jl. Pegangsaan Timur
No.56 , dilangsungkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sesaat sebelum upacara dimulai…
Soekarno
: Trimurti, tolong Anda kibarkan bendera Merah Putih ini sebagai tanda awal
kejayaan bangsa ini. (sambil menyerahkan bendera)
Trimurti
: Siap, Bung. Saya akan menyuruh anak didik saya untuk mengibarkannya.
(memanggil Suhud dan Latief) Hei, kalian ! Jaga baik-baik bendera ini. Kalian
mendapat kehormatan untuk mengibarkan bendera ini untuk pertama kalinya dalam
sejarah Indonesia.
Latief
dan Suhud : Siap, Komandan ! Kami tak
akan mengecewakan Anda.
Tiba saatnya Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia…
Tokoh-tokoh pejuang Indonesia telah hadir di lokasi.
Di antaranya yaitu Mr. AA. Maramis, HOS Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki
Hajar Dewantara, M. Tabrani dll.
Suasana menjadi sangat hening. Soekarno dan Hatta
dipersilahkan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Soekarno mendekati
mikrofon. Dengan suaranya yang lantang dan mantap, Soekarno pun membacakan
pidato pendahuluan sebelum beliau membacakan teks proklamasi.
Pidato
Soekarno :
Saudara-saudara sekalian ! Saya telah minta Saudara hadir disini, untuk
menyaksikan peristiwa maha penting dalam sejarah bangsa kita. Berpuluh-puluh
tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang umtuk merdeka. Bahkan telah
beratus-ratus tahun lamanya, gelombang aksi kita tidak putus dalam berjuang
untuk memerdekakan negeri ini. Kita jatuh bangun menyusun kekuatan untuk
menggapai cita-cita Indonesia bebas dari penjajahan bangsa lain. Semalam, kami
para pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari berbagai penjuru bergabung untuk
memusyawarahkan dan permusyawaratan itu seiya-sekata berkata : inilah saatnya
bagi kita untuk mengobarkan api revolusi kemerdekaan Indonesia. Saudara
sekalian ! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah
proklamasi kami :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan
bangsa Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain,
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 45
“Atas nama bangsa Indonesia”
Soekarno-Hatta
Kemudian di kibarkanlah bendera Sang Saka Merah
Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Hadirin turut menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia tersebut.
Peristiwa Proklamasi ini memang hanya berlangsung sebentar. Namun.
Peristiwa itu telah megubah segala sendi kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan telah menjadi momentum puncak perjuangan Bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus
berprestasi dalam rangka mengisi kemerdekaan tersebut, bukan malah menodainya.
Kita harus bisa membalas budi para pejuang Tanah Air jaman dahulu dengan cara
mempertahankan kemerdekaan ini !
Sumber : Google
Label: pelajaran
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar